Catatan podcast dan tautan ada di https://show.empirecode.co/muhamad-nuzul/
Diana: Okey.. Selamat pagi untuk Indonesia dan selamat malam untuk Kak Nuzul yang saat ini di Amerika. Selamat bergabung dengan podcast kami. Kak Nuzul ini, buat teman-teman semua, saat ini sedang di Amerika untuk melanjutkan study-nya di University of Pennsylvania yang juga merupakan salah satu penerima LPDP yang merupakan beasiswa yang diberikan oleh salah satu kementerian, ada empat kementerian tapi salah satunya adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. Alright, tanpa lama-lama ayo kita sapa dulu Kak Nuzul. Hi.. Kak Nuzul!
Nuzul: Hallo Doki, Diana.
Tri: Gimana di sana? Lagi musim salju kan sekarang?
Nuzul: Eeem.. hampir salju ya tapi untuk di dekat-dekat Canada itu udah salju tapi kalau di sini di tempat aku di Philadelphia baru dingin aja, belum.. belum salju. Gimana kabarnya Diana, Doki?
Doki: Baik-baik, biasalah masih biasa aja gitu. Masih kerja sehari-hari, juggling sana sini, right?!
Diana: Right. Sama, sama dengan Kak Doki. Tapi kabarnya mostly baik. Anyway disana sekarang berarti lagi ujian atau?
Nuzul: Ya, baru minggu lalu baru selesai semester pertama disini. Jadi, minggu lalu cukup hectic tapi minggu ini sudah mulai lebih santai.
Diana: Yay, Thankyou sudah hadir.
Doki: Tapi mengalami shock culture nggak sih Zul di sana? Nggaklah ya, karena lo sudah sering ke luar negeri, jadi tidak ada shock culture-nya.
Nuzul: Ya nggak terlalu sih karena sebelumnya juga pernah ke Amerika juga, pernah beberapa minggu di Amerika jadi tidak terlalu. Hanya mungkin ya.. setting pembelajarannya aja mungkin berbeda sama di Indonesia. Itu aja sih paling. Tapi kalau culture lingkungannya dan culture di Philadelphia in general tidak terlalu shock.
Tri: Jurusan apa yang lo ambil, kalau boleh tahu?
Nuzul: International Education Development.
Tri: Nice, selalu tentang pendidikan. Good, jadi apa sih yang sebenernya bisa buat lo akhirnya ada di posisi bahwa lo concern-nya di pendidikan dan you’ve in technology sometime.
Nuzul: Iya, menarik sebenernya kalau misalnya ngomongin kenapa bisa tertarik sama dunia pendidikan. Sebenernya waktu S-1 aku jurusannya antropologi. Banyak yang bertanya-tanya, kok bisa sih pendidikan? Karena mungkin dari aku S-1 itu aku juga sudah involve banyak banget kegiatan kerelawanan yang berkaitan dengan pendidikan. Sejak saat itu menarik untuk terjun di bidang pendidikan dan kebetulan juga antropologi ini ada cabang ilmunya yang fokus juga kependidikan. Ini karena volunteering selama kuliah dan juga kebetulan seperti sedikit peminatan, dan beririsan sama pendidikan, pekerjaan pertama aku juga di bidang pendidikan dulu. Setelah lulus aku juga bekerja di Save the Children. In general itu tentang pendidikan gitu. Baru kalau misalnya ngomongin kerjaan selanjutnya dan kenapa bisa ke teknologi setelah di Save the Children aku sebenarnya managing program pendidikan tapi masih in general, inclusive education. Tapi ketika aku pindah kerja ke tempat lain, di ASEAN Foundation itu aku baru benar-benar terlibat atau manage program-program pendidikan yang memang basisnya teknologi dan sampai saat ini interest aku sebenarnya di teknologi juga.
Diana: Wah menarik juga nih.. dan perjalannya itu seperti terhubung satu sama yang lainnya. Anyway Kak Nuzul aku mau nanya, kan Kak Nuzul banyak nih bekerjasama anak-anak muda di Indonesia dan itu tentang pendidikan. Apa sih kak tantangan-tantangannya kerja untuk anak-anak muda? Isunya sangat fundamental lagi seperti pendidikan, challenge-nya di Indonesia dan keterbatasan geografi dan segala hal-nya?
Nuzul: Ya kalau misalnya ngomongin pendidikan sih ya sangat general ya tapi kalau misalnya kita mau fokus, misalnya kerja bareng sama anak muda atau bekerja untuk anak muda di Indonesia terkait dengan isu pendidikan teknologi misalnya, tantangannya sangat terasa sekali ya terutama tantangan-tantangan tentang infrastruktur dan konektivitas.
Sekarang itu sudah bukan zamannya lagi kita belajar teknologi atau komputer atau digital skill yang hanya, ‘gimana nyalain komputer’ atau ‘gimana matiin komputer’ dan internet mungkin dulu waktu SD masih mempelajari itu dan tidak butuh internet. Tapi kan sekarang pelajaran digital atau digital skill education itu kan sebenarnya mau tidak mau mendorong kita ke internet. Challenge-nya sebenarnya bukan hanya di Indonesia saja tapi di beberapa negara berkembang pun mulai ada.
Sempat aku manage program di beberapa negara, challenge-nya mostly hampir sama kalau misalnya kita mau ngomong bahwa memberikan akses teknologi pendidikan ke orang-orang atau anak muda yang marjinal atau termarjinalkan sometimes untuk anak muda yang termarjinalkan ini mereka justru tidak punya akses konektivitas yang baik gitu. Sebenarnya itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi di negara lain juga tapi memang itu challenge yang besar. Mau tidak mau belajar teknologi itu sudah bukan tentang bagaimana menggunakan teknologi tapi lebih ke bagaimana terhubung ke teknologi itu sendiri. Gitu sih Diana.
Tri: Orangnya sebenarnya yang update dengan teknologi gitu atau ngikutin aja sih Zul? Harusnya kebanyakan orang kan biasanya kalau sudah booming duluan baru mereka ikut atau lo mencari teknologi terkait kerjaan lo?
Nuzul: Penting juga untuk kita harus explore sendiri menurutku. Salah satu juga mentalitas harus dibangun ketika kita ngomongin teknologi. Tentang skill-nya aja juga ada softskill-nya jadi aku sangat, sangat mementingkan skill-skill di luar teknik penggunaan teknologi. Misalnya jiwa-jiwa kita meng-explore sesuatu menurut aku. Tipikal orang yang explore, jadi memang engga harus nunggu booming tapi juga explore sesuatu. Itu sebenarnya mentalitas critical thinking dan juga kita yang pengen explore sesuatu membuat kita juga bisa master di teknologi menurut aku.
Diana: Kemarin sebenarnya baru aja juga kita ngobrol soal salah satu skill penting dari keikutsertaan kita di dunia digital dan teknologi, critical thinking. Menarik ya itu menjadi culture dan habit Kak Nuzul sendiri. Nah Kak, terkait challenge nih pasti banyak dan salah satunya yaitu konektivitas. Di antara tantangan itu selama kakak kerja dengan anak-anak muda di ASEAN, di Indonesia khususnya, terkait dengan pendidikan dan teknologi, ada tidak sih best moment atau cerita menarik yang Kakak dapat dari mereka?
Nuzul: Kalau cerita menariknya aku lupa. Banyak sebenarnya yang dibilang menarik tapi kalau momen-momen yang masih tergambar sama aku ketika anak-anak ini lagi belajar teknologi itu tidak cuma sekali belajar dan kalian langsung bisa gitu kan. Tapi memang siapapun yang belajar teknologi, lagi-lagi jiwa explore, keinginan untuk mengeksplorasi itu penting banget. Ketika aku kerja bareng misalnya, dengan anak-anak muda atau untuk anak muda tentang teknologi, momen-momen yang bikin senang adalah ketika sesi training selesai anak muda itu terus meng-explore dirinya gitu. Sekarang juga banyak sekali platform-platform yang sangat memungkinkan untuk anak muda itu belajar memperdalam skill. Biasanya kita belajar coding itu tidak mungkin sekali ikut training atau sekali ikut kelas langsung bisa coding gitu kan.
Diana: Nah dari jawaban-jawaban Kakak aku jadi kepikiran sesuatu nih buat program untuk anak-anak muda. Nah anak-anak muda kan mungkin usianya sudah direntang berapa ya kira – kira usianya, bisa kita bilang 15 tahun ke atas?
Nuzul: Ya 15 – 24 tahun di UN tapi kalau di ASEAN itu bisa sampai 35 tahun. Pokoknya beda-beda lah kalau di Indonesia mungkin 15 – 24 tahun lah ya.
Diana: Ketika berinteraksi atau berkomunikasi dengan mereka ada nggak sih kepikiran tentang, harapan Kakak untuk anak-anak ini agar diajarin sesuatu oleh orang tua mereka ketika mereka masih kecil, ada tidak kak?
Nuzul: Nah aku sendiri bingung menjawab itu karena teknologi ini berjalan sangat cepat dibandingkan usia kita. Misalnya aku sih sangat berharap ketika aku ngajarin yang misalnya anak muda yang usianya mungkin 24 tahun gitu, kadang ketika aku buat workshop untuk anak muda gitu masih banyak sekali anak muda yang dia kebingungan. Bahkan bagaimana sih cara mengoperasikan komputer misalnya, tapi aku yakin sih sebenarnya anak muda sekarang itu sudah sangat jago ya bahkan lebih jago daripada orang tuanya menguasai komputer gitu. Tapi point-ku adalah jangan sampai anak – anak itu ketinggalan dengan teknologi karena mungkin zamannya mereka dulu, mereka memang sebenarnya sudah ada nih komputer sudah ada handphone. Tapi mereka mungkin di sekolahnya tidak diberikan edukasi yang cukup untuk itu. Jadi membuat mereka tertinggal dan ketika aku melaksanakan workshop itu sebenarnya workshop-nya tentang koding tapi mereka sendiri masih struggle untuk technical skill, seperti menghidupkan komputer atau apa itu kan sebenarnya gap-nya jadi semakin jauh. Seperti yang aku bilang teknologi ini jalannya mungkin lebih cepet daripada usia kita. Jadi point-nya adalah ngebuat relevan sesuai usianya tapi dalam konteks.
Aku sangat berharap ketika aku manage program ya mereka at least mereka bisa basic computer skill. Tapi untuk sekarang aku yakin anak muda sekarang sangat jago tapi yang paling penting jangan sampai ketinggalan dengan skill–skill yang m memang dibutuhkan sekarang misalnya koding gitu atau misalnya mastering atau at least nggak perlu master di koding tapi kayak punya pengetahuan basic tentang koding juga itu menurutku jadi penting. Siapa tahu misalnya 10 atau 20 tahun ke depan koding itu jadi hal yang mostly orang-orang pada bisa. Kita tidak pernah tau kayak gimana teknologi, jadi pesannya sih sebenarnya membuat diri kita relevan sama apa yang sekarang sedang orang-orang pelajari gitu .
Tri: Alright mungkin relevan dengan sekarang dan prediksi di masa depan ya biar tidak ketinggalan lagi dan ketinggalan lagi. Right, Muhammad Nuzul ini sebenarnya sudah banyak sekali pencapaiannya, sudah banyak banget kalau misalnya tidak kita tanya mungkin tidak akan disebutin. Hanya saja ada beberapa hal yang saya kepikiran sebenarnya, what is your stress management in facing your program, ketika di Save the Children, dan ASEAN Foundation ketika sekarang ngurusin pendidikanya itu sudah pasti ada momen-momen yang Nuzul ini stress gitu. What are you doing in that moment?
Nuzul: Stress ya… menurutku sih karena kita sangat addicted banget sama teknologi dan kadang ketika kita sudah addicted sama teknologi buat banyak orang menghilangkan stress itu bisa dengan kita scrolling instagram, atau ngelihat apapun di Youtube, apapun yang ada di internet. Tapi menurutku dengan kita semakin addicted dengan teknologi itu membuat kita semakin stress. Misalnya dengan membandingkan hidup kita dengan orang lain atau banyak lah, tapi point-ku adalah aku sendiri ketika aku stress menghindari informasi yang ada di internet. Itu semakin membuat kita overwhelmed sama informasi-informasi apapun. Jadi stay away dulu dalam beberapa hari dari internet mungkin lebih fokus ke diri kita dan istirahat yang cukup atau travelling, yang tidak harus publikasi di sosial media itu juga akan sangat membantu sih untuk aku ketika aku stress. Jadi ketika stress mungkin banyak orang yang bilang scrolling aja Instagram atau searching apa di sosial media yang bikin kita terhibur, tapi menurutku aku lebih memilih untuk menghindari diri dulu dari gadget.
Tri: Fokus ke dunia nyata ya berarti?
Nuzul: Iya.
Tri: Berarti Nuzul pernah stress dong, momen apa yang bikin stress seorang Nuzul?
Nuzul: Kalau misalnya dalam konteks pekerjaan, balik lagi sekarang covid dan sekarang virtual interaksi kita dengan komputer itu sangat sering. Jadi yang bikin stress itu meeting yang terus-terusan dan biasanya kalau kita meeting di kantor kan kayak kita masih punya jeda 30 menit dari satu meeting ke meeting yang lainnya. Kalau misalnya virtual meeting ini kan orang beranggapan bahwa kita bisa langsung pindah meeting satu ke meeting yang lain hanya dalam hitungan detik. Which is true tapi kadang membuat kita capek sendiri karena tidak ada jeda. Jadi momen-momen yang ada kerjaan beruntun itu sih yang buat aku stress gitu, makanya salah satu solusi yang biasa aku lakukan itu get away dulu dari gadget, laptop, dan dari internet itu sendiri.
Diana: Kalau di Amerika get away-nya enak nggak? Ada taman-taman gitu atau lihat wide landscape atau ngelihat yang lebih supporting mata kita atau apa?
Tri: Ke Niagara ya?
Nuzul: Banyak sih tapi kadang juga cuaca tidak mendukung maksudnya kayak lebih aman diam di dalam rumah aja lebih hangat. Paling pun kalau keluar karena sekarang kan lagi musim dingin, keluar paling sejam atau dua jam aja. Nggak bisa lebih lama karena emang lebih enak diam di dalam rumah.
Diana: Tapi kuliahnya in-person atau bagaimana?
Kak Nuzul: Iya sudah in-person, Diana.
Diana: Wow.. keren ya. Di Indonesia juga sudah mulai tapi masih giliran-giliran. Oke aku punya satu pertanyaan lagi semoga ini untuk yang terakhir. Untuk pendengar kita banyak banget anak muda dan orang tua nih, jadi Kak Nuzul ada nggak menurut Kak Nuzul tiga skills yang dibutuhkan banget untuk anak muda sekarang membiasakan untuk seengaknya menghadapi fast changing technology yang tadi Kak Nuzul bilang, tidak bisa dihindari .Tapi apasih skill softskill yang setidaknya harus dimiliki?
Nuzul: Ya kalau dari aku sih sebenarnya di percakapan kita yang tadi kita obrolin dari awal. Sebenarnya sudah sempet aku mention beberapa ya. Yang pertama aku rasa jiwa keinginan kita untuk explore sesuatu karena belajar teknologi itu sangat diperlukan. Nanti tidak cukup kalau kita belajar hanya mengikuti satu sesi aja gitu, jadi memang kita harus punya jiwa meng-explore gitu. Keinginan untuk meng-explore jadi itu yang pertama. Kedua yaitu critical thinking. Mungkin tadi Diana juga sempet bilang itu, karena menurutku critical thinking itu akan membuat kita, apalagi sebenarnya ketika kita belajar komputer atau teknologi itu kan pertama banyak informasi yang disediakan oleh internet yang membuat kita harus memilih mana yang memang relevan dan mana yang informasinya benar. Kedua yaitu critical thinking untuk menyelesaikan masalah-masalah atau problem solving ketika kita belajar ilmu komputer atau digital skill in general sebenarnya kita butuhkan juga, seperti daya pikir kita lebih dalam untuk memecahkan suatu masalah atau ngebaca pola-pola yang ada di teknologi.
Diana: Dua hal itu sudah sangat penting dan sebenarnya kalau aku ingin flashback sedikit beberapa pembicara kita juga mirip-mirip ya bilangnya bahwa itu memang diperlukan. Kalau tidak eksploratif, kita akan tetap di dalam cave kita sendiri saja berarti.
Tri: Sama kayak life-long learning gitu nggak sih Zul. Kalau lo itu udah mencapai sesuatu dan kita akan tetap haus tentang pengetahuan itu maka kita akan berkembang. Kalau kita puas akan apa yang kita punya ya is not can bring you anywhere actually.
Nuzul: Iya seperti yang aku bilang tadi sih sebenarnya kalau belajar teknologi itu kan sebenarnya kita harus membiasakan diri ya kayak tidak bisa kita sekali ikut sesi itu langsung bisa tapi emang harus dilatih terus menerus menurutku. Jadi jiwa eksploratif itu penting untuk kita bener-benar master di teknologi.
Tri: Mungkin ini pertanyaan terakhir ya, pengen dengar dong pesannya Nuzul untuk para pendengar di luar sana kan diverse pendengarnya; kalangan orang tua ada anak muda dan anak-anak di bawah kita seumuran kita sama yang dibawahnya kita, kira-kira apa pesan apa yang mau disampaikan khususnya pendidikan dengan perkembangan teknologi?
Nuzul: Iya kalau dari aku sih sebenarnya teknologi berkembang lebih cepat dari usia kita, jadi point-nya adalah membuat diri kita relevan dengan apa yang sekarang terjadi. Tadi Doki sempat mention tentang prediksi ke depannya: skill apa sih yang diperlukan kedepannya karena kita tidak bisa nih menghindari teknologi yang ada. Kita bisa menjadi bagian dari teknologi itu dengan membuat diri kita relevan kedepannya bahwa skill apasih yang emang dibutuhkan, skill apa yang dipelajari banyak orang sehingga kita tidak tertinggal, itu sih.
Diana: Alright menarik ya dan benar urusan relevan itu menjadi point yang penting buat aku. Kita jadi bisa menemukan motif juga untuk belajar dari sana, “Oh relevan nih sama aku karena aku mau belajar sesuatu.” Jadi lebih personalize motivasinya. Oke, Kak Nuzul terima kasih sudah hadir mungkin itu adalah pertanyaan terakhir dan seneng banget dengar dari Kak Nuzul. Dengar banyak sekali insight untuk anak-anak muda, orang tua dan utamanya semua pendengar podcast kami. Once again terimakasih, jaga kesehatan di sana semoga study -nya lancar dan kita akan update kalau podcast-nya sudah rilis.Nuzul: Thankyou Diana, Thankyou Doki.
Copyright © 2021 Empire Code. All Rights Reserved.