The Empire Code Show – Join Us
show-img

Fitrie Atviana Nurritasari – Berkarir di UNESCO, Tentang Cinta Terhadap Sains dan Berkarya Mengajak Lebih Banyak Perempuan Berpartisipasi (#12)

“Peran serta perempuan dalam bidang science itu harus dimulai sejak awal, dari pendidikan pertama—early childhood education. Di stage awal ini, sebaiknya diajarkan implementasi terhadap penggunaan science. Selain itu, rasa penasaran dan budaya untuk mencari tahu pada anak-anak harus dibangun dan terus distimulasi agar tetap tumbuh hingga mereka dewasa. Researchers atau scientists itu kan mencari tahu ya, benar dan salah itu bukan soal. Jadi, keluarga, sekolah, dan lingkungan anak-anak agar membantu mereka untuk tidak mematikan rasa penasaran pada anak.”

Fitrie Atviana Nurritasari

Sepanjang delapan tahun karirnya dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) saat mengelola proyek yang berkaitan dengan sains, Fitrie Nurritasari (Fitrie) menemukan ‘temuan’ menarik ketika bertemu dengan anak-anak muda di acara-acara yang dirancangnya. Hal yang membawa anak-anak ini tertarik lebih jauh dengan sains adalah curiosity atau rasa penasaran. 

Fitrie, bahkan memulai kiprahnya di dunia science dengan rasa ingin tahu. Tsunami Aceh 2004 menyadarkannya bahwa Indonesia adalah negara yang rentan terhadap bencana alam, sehingga membuatnya penasaran untuk mempelajari hal ini lebih jauh. Kemudian saat bergabung dengan UNESCO ia terpapar dengan fakta bahwa perempuan dalam bidang science jumlahnya tidak sebanyak laki-laki. Rasa ingin tahu dan keinginannya untuk terus menggali informasi membawa langkah Fitrie lebih jauh, bertemu lebih banyak anak-anak muda di Indonesia dan Asia Pasifik. 

Buat Fitrie, peran teknologi sangat penting dalam perkembangan sains. Saat ini, ia tidak hanya melihat kilauan perkembangan high technology innovation saja, ia melalui program-programnya bersama UNESCO juga berfokus pada inovasi-inovasi teknologi akar rumput yang kebanyakan berkembang dari industri kecil dan menengah. Tak hanya itu, Fitrie juga mengakui bahwa setiap waktu, karya dan kreativitas anak-anak muda di Indonesia dalam penggunaan teknologi dan sains terus berkembang dengan sangat baik dan membanggakan. 

Fitrie Atviana Nurritasari, mengemban beberapa pendidikan di bidang science, meliputi Sarjana Sains jurusan Meteorologi Terapan di Institute Pertanian Bogor, Magister Sains jurusan Environmental Science di Universitas Gadjah Mada, dan Magister Sains jurusan Applied Earth Science di University of Twente. Fitrie saat ini adalah Project Assistant pada unit Science, Policy and Capacity Building di UNESCO Jakarta dan akan terus belajar dan berkarya menjadi seorang scientist. 

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Muhammad Ilham Rizki Karyanto – Dari Anak Gamer Jadi Tech Lead, CTO, dan CEO di Perusahaan Berbasis Teknologi (#11)

“Kalau memang suka belajar, coding ini bisa jadi passion. Karena setiap tahun—bahkan enam bulan deh, teknologi baru itu pasti bermunculan. Kita tidak pernah ada waktu untuk merasa ada di zona nyaman, lalu berpikir bahwa kita tidak perlu lagi belajar. Makin hari makin banyak yang harus kita pelajari, dan itu menyenangkan. Ini yang membuat aku semangat terus belajar tentang coding dan teknologi sampai saat ini.”

Muhammad Ilham Rizki Karyanto

Muhammad Ilham Rizki Karyanto (Ilham) mengawali kariernya di bidang programming dan coding sejak ia di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Game Grand Theft Auto (GTA) Online yang trend pada masanya adalah pengantarnya menjelajahi dunia coding yang dinamis dan terus berkembang. 

Menyaksikan orang-orang bermain menggunakan server, ia tertarik juga membuat server sendiri untuk bermain  bersama kawan-kawannya. Dari sini, ia belajar coding, kemudian website development, bahkan terus berlanjut sampai ia mempelajari sisi front-end dan core engineering dalam sebuah pemrograman. Hingga kini, ia adalah Tech Lead di sebuah aplikasi edukasi untuk saham dan investasi bernama Emtrade

Percakapan kami selama tiga puluh menit dengan Ilham, membuat kami percaya bahwa baginya, tidak ada hari yang lebih menyenangkan selain belajar coding, dan terus up-to-date perkembangan teknologi dengan terus belajar. Perihal belajar, Ilham juga menambahkan bahwa sumber informasi dan tutorial kini sangat mudah didapat. “Kalau saya belajar dari komunitas-komunitas. Selain dapat ilmu, bisa sharing case tertentu, dan juga jadi peluang karir di masa depan.” 

Menurut Ilham, perusahaan-perusahaan besar, seperti Tokopedia, Blibli dan Google sangat terbuka berbagi mengenai teknologi yang mereka gunakan lewat Tokopedia DevCamp, Google Developer Group, dan kanal YouTube Blibli Engineering. Tak hanya itu, bisa juga melalui komunitas-komunitas spesifik, seperti PHP Indonesia dan Lavarel Indonesia. “Sekarang kita hanya perlu semangat terus belajar, dan tak melewatkan perkembangan teknologi yang ada,” tambah Ilham. 

Muhammad Ilham Rizki Karyanto, mengawali karirnya di bidang teknologi dan coding sebagai Chief Technology Officer (CTO) di PT Kridha Multiniaga Prima, lalu menjadi Senior Front-end Developer di PT Zarment Global Teknologi. Ia lalu menjelajah lebih banyak di sisi front-end dengan menjadi Product Manager (Data) Intern di Tiket.com. Ia juga menjadi CEO di beberapa perusahaan dan start-up meliputi, Java Cyber Cloud, imart Indonesia, dan KiosRakyat. Saat ini ia bekerja sebagai Tech Lead di Emtrade dan belajar banyak tentang Finance dan Stock Investment di waktu luangnya.  

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Jessica Casey Jaya – Siasat Pandemi, Kembangkan Academy di Bisnis Coworking Space (#10)

“Terkait perkembangan teknologi, saya bisa bilang saya up-to-date. Tapi saya mungkin tidak seorang early adapter untuk urusan ini. Saya, misalnya, tidak akan langsung reaktif ketika orang-orang menyebut metaverse lalu mengimplementasikannya langsung atau tidak langsung membeli NFT begitu ramai. Saya akan melihat apakah teknologinya diperlukan atau tidak. Buat saya, tidak selalu tentang teknologinya, tapi lebih dari itu adalah orang-orang yang akan menggunakan teknologi tersebut. Jadi lebih baik melatih manusia yang akan menggunakan teknologinya, baru kita adopsi penggunaannya.”

Jessica Casey Jaya

Mengambil kendali untuk mengelola Apiary Academy and Coworking sejak masa-masa pandemi mengajarkan Jessica Casey Jaya (Jessica) banyak hal. Pertama, tidak takut mencoba hal baru. Apiary mulanya adalah coworking space saja, namun pandemi mengharuskan perusahaan ini beradaptasi lebih kuat. Sehingga Jessica menemukan peluang baru menjadikan fokusnya pada pendidikan atau skill training dalam bentuk akademi. “Setelah menjalani seratusan event lebih, kami sadar–saya sadar, bahwa saya sangat menyukai bidang pendidikan. Saya sangat happy jika usai event mereka [para peserta] mendapat manfaat dari eventnya,” ujar Jessica dengan senang  juga. 

Kedua, menjadi lebih fokus. Tentu banyak antrian pekerjaan yang harus dilakukan untuk Apiary; meningkatkan skala bisnis dan proses di perusahaan dan mengembangkan produk baru. Jessica, sebagai seorang yang baru pertama kali memimpin perusahaan, memilih untuk fokus dan mengerjakan segalanya satu demi satu. Terkait pangsa pasar, ia juga pelan-pelan mencari pola hingga akhirnya menemukan satu fokus, yakni membuat komunitas dan menyediakan skill training untuk komunitas ini. 

Buat Jessica, pandemi mengajarkan dia banyak hal. Kini di Apiary, dia dan timnya gencar mengembangkan skill training di bidang Product Management. 

Jessica Casey Jaya, akrab disapa Jessica, adalah Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) dari Apiary Academy and Coworking. Jessica memiliki pengalaman lebih dari tujuh tahun di events industry, dan saat ini aktif menjadi Co-Director di tiga komunitas, meliputi Startup Grind Jakarta, Ideate.id, dan Entrepreneurs Club Indonesia. 

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Transkripsi dari episode ini bisa diakses di sini.

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Tri Handoko – Internasional Edupreneur dan Optimisme Pendidikan Berkelanjutan (#9)

“Waktu kuliah dulu (sebelum pandemi), saya sempat kesal dengan flip learning–pemberlakuan kelas online dan offline secara bergantian. Ternyata itu tujuannya untuk menyiapkan kita menghadapi situasi saat ini. Saya juga banyak merefleksikan diri dari kejadian Nokia di mana ia menolak untuk mengikuti perkembangan zaman hingga akhirnya tergusur. Sebagai pendidik, saya tidak mau mengulangi sejarah. Saya mencoba terus up-to-date dengan teknologi dan menggunakan aplikasi Zoom, Microsoft Teams, Skype, dan apapun untuk mengejar. Jika satu tidak bisa, saya bisa pakai yang lain.”

Tri Handoko

Cerita Tri Handoko (Tri) tentang perjalanan hidupnya mengajak kita kilas balik tentang pentingnya pendidikan di hidupnya. Jalan yang dilaluinya berliku-liku, tetapi ia, pada satu titik, sampai pada kesadaran bahwa pendidikanlah yang ‘menyelamatkannya’. Jika boleh kami tambahkan, juga yang membawanya berkelana lebih jauh hingga bisa belajar dan mengajar di Australia, Swiss, Kanada, dan Singapura.

Melihat semangat Tri bercerita soal pendidikan, kami yakin perjalanannya di dunia pendidikan akan panjang. Hal ini terlihat dari cara Tri memosisikan diri sebagai edupreneur. Buat Tri, menjadi pendidik masih belum cukup melengkapi kiprahnya dalam pendidikan, sehingga untuk membuatnya terus berkelanjutan, dia memutuskan untuk menjadi seorang edupreneur. “Pendidikan itu luas maknanya. Saya juga melihat pendidikan bisa beririsan dengan bisnis, sehingga pendidikan itu bisa jadi terus berkelanjutan,” tambahnya.

Tri Handoko adalah founder dari Tibra Overseas Edu, sebuah konsultan pendidikan di Indonesia yang menyediakan berbagai program dan layanan untuk rencana dan persiapan pendidikan di luar negeri khususnya di Kanada, Inggris, Amerika, dan Australia. Selain itu, ia juga memegang peran sebagai Country Head untuk Empire Code Indonesia. Lulus dari University of Toronto pada 2019 dengan jurusan Adult Education and Community Development, kemudian malang-melintang sebagai pendidik di SMPIT Nurul Fikri, Birmingham International Collegiate of Canada , dan beberapa sekolah di Swiss dan Australia.

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Davit Manalu – Krealogi dan Harapan Revolusi Digital Sektor Kriya di Indonesia (#8)

“Digitalisasi… bahkan belum sampai download aplikasi Krealogi. Masih banyak yang terkendala di fasilitas pendukung digitalisasi [telepon genggam] dan infrastruktur. Kadang kami harus melatih penggunaan WhatsApp, kemudian pelan-pelan mengenalkan Google Form, atau Zoom yang sering digunakan untuk sarana pelatihan. Masalah ini pun tidak hanya terjadi di daerah-daerah saja.”

Davit Manalu

Berbicara mengenai digitalisasi dalam konteks Indonesia dengan Davit Manalu terasa amat panjang, penuh tantangan, tapi juga ada harapan di setiap prosesnya. Alih-alih mengenalkan digitalisasi langsung, perjalanan yang ditempuhnya bersama tim Krealogi seperti harus memulainya dari dasar sekali. Tak hanya itu, reaksi yang ditimbulkan oleh masyarakat pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) dari berbagai daerah di Indonesia pun beragam. “Ada yang memang sudah tau keuntungan digitalisasi, ada juga yang merasa ini ribet,” ujar Davit. 

Diluncurkan sejak 2021, saat ini Krealogi sudah memiliki 1600 UMKM yang dilatih untuk mengadopsi sistem pencatatan digital, dan sebanyak 18.000 pengunduh aplikasi. Untuk sebuah aplikasi baru, respon ini terbilang baik. Terlebih mengingat tantangan yang dihadapi untuk benar-benar mencapai revolusi digital pada UMKM di Indonesia. Bagaimana pun, tambah Davit, “Skil adaptasi dibutuhkan dalam bisnis, dan digitalisasi UMKM kita adalah salah satu di antaranya.”

Simak cerita Davit tentang proses digitalisasi pada UMKM di Indonesia, termasuk caranya untuk memulai bagi teman-teman yang akan atau sedang merintis usaha. 

Davit Manalu, merupakan Project Manager Krealogi, sebuah platform yang dikembangkan oleh Du Anyam untuk digitalisasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor kriya. Dalam proses digitalisasi, Davit, bersama Krealogi juga mendesain beberapa pelatihan, workshop, dan konsultasi yang mendukung proses digitalisasi UMKM. Davit banyak berkecimpung dengan komunitas di Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak kurang lebih tiga tahun lalu, ia mengelola beberapa program yang berkaitan dengan corporate social responsibility (CSR), community development, dan kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan. 

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Ivan Hartanto – Dari Hobi Sampai Berhasil Mendirikan Gaming Store Terpercaya di Indonesia (#7)

“Orangtua harus memberikan kesempatan anak untuk bermain game. Dalam arti, jangan langsung melarang begitu mendengar kata game. Karena kalau tidak main game, gue sama Jojo [adik Ivan] tidak mungkin di sini [punya Ditusi Gaming Store] sekarang. Karena latar belakang kami pemain. Pembuat game tidak bisa buat game kalau tidak main game. Hal yang lebih parah, banyak orang yang melihat game sebagai [aktivitas] yang membuang waktu dan uang. Game bisa jadi mata pencaharian, cara lain untuk menghibur diri, dan banyak hal. Harapannya dengan adanya edukasi lebih banyak, cara kita melihat game tidak lagi sebagai aktivitas yang hanya membuang-buang uang saja.”

Ivan Hartanto

Ada kata yang terus ditekankan Ivan Hartanto (Ivan) saat kami merekam podcast ini: hobi. Selanjutnya, kata ini juga yang membawa perjalanan Ivan dan adiknya lebih jauh menjelajahi dunia gaming industry. Kini bersama adiknya, ia menjadi pendiri Ditusi Gaming Store, sebuah platform dan komunitas game yang sudah berdiri sejak 2014. “Ini awalnya komunitas yang dikembangkan adik saya, namanya dulu Dota 2 Community. Tempat berkumpulnya orang-orang yang suka bermain game, dan pelan-pelan kami melihat peluang untuk berbisnis,” tutur Ivan.  

Kata selanjutnya yang kami tangkap adalah peluang dan bagaimana Ivan dan timnya dengan cermat bisa mendekatkan peluang ini dengan Ditusi Gaming Store, dan membuat bisnis ini terus bertumbuh melampaui batasnya. Awalnya ia dan adiknya adalah pemain game, menyukai game sebagai hobi, kemudian melihat kebutuhan dari para pemain game di komunitas yang dibentuk adiknya. Mereka mulai menyediakan kebutuhan para gamers ini sembari dengan totalitas membangun kepercayaan mereka sebagai pelanggan sekaligus anggota komunitas.

Saat ini, game yang paling populer di komunitas dan platform-nya adalah Genshin Impact, disusul game kompetitif yang terkenal dengan sebutan The Three Kingdoms, meliputi Genera Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG. Terlepas dari apapun trend ke depan, Ivan mengatakan akan terus memperdalam pengetahuannya terhadap game-game yang ada di etalase Ditusi Gaming Store. “Penting untuk punya pengetahuan tentang produk, dalam hal ini game. Ini juga membuat kita bisa memanfaatkan teknologi dan tren yang terus berkembang dengan optimal.” 

Semoga perkembangan dunia game diiringi juga dengan perkembangan edukasi game, khususnya untuk orangtua. Di podcast kali ini, Ivan berbagi fakta menarik soal salah satu target marketnya yang unik dan menjadi pertanda baik untuk gaming industry

Ivan Hartanto, lulus dari Universitas Surya pada 2018, mengambil jurusan Teknik Lingkungan. Ia memiliki pengalaman bekerja di Jepang pada 2016 dan 2018 di Center for Entrepreneurship Development Japan sebagai Assistant Manager. Kini ia membangun Ditusi Gaming Store dan bertanggung jawab untuk segala hal yang berkaitan dengan digital marketing, termasuk di dalamnya mendesain konten dan penelitian berkala pada pasar gaming

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Transkripsi dari episode ini bisa diakses di sini.

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Imelda Djunaedi – Founder Bebe Smart Indonesia Siasati Pandemi dengan Memperluas Marketing di Dunia Digital (#6)

“Kemauan itu penting untuk memulai bisnis. Walaupun saat ini kita berpikir segala [jenis usaha] sudah banyak, dan semuanya sama, tetap saja bisa. Coba bedakan dengan yang lain, barang yang sama kalau dipasarkan atau diiklankan dengan cara yang berbeda dan lebih menarik, orang akan tetap pilih kita. Jangan pikir semua barang sama, akan beda kalau cara kita memasarkan berbeda, apalagi ketika bisa membuat pelanggan percaya, mereka akan tetap cari kita.”

Imelda Djunaedi

Sudah hampir dua tahun kita hidup dengan pandemi. Mungkin buat kebanyakan orang, tahun pertama adalah yang paling menantang, tak terkecuali untuk Imelda Djunaedi. Di podcast episode 6 kali ini, ia bercerita tentang dampak pandemi terhadap bisnis mainan anak-anak edukatif miliknya, Bebe Smart Indonesia. “Banyak toko mainan tempat kami mendistribusikan barang tutup, jadi berpengaruh pada penjualan,” kenangnya.

Di sanalah titik baliknya ‘menjelajahi’ peluang promosi dengan lebih gencar melalui sosial media dan marketplace di Indonesia mulai dari Tokopedia, Shopee, GoMart hingga BliBli. Imelda juga dengan telaten mengamati tren sosial media sebagai alat untuk melakukan pemasaran secara digital. Instagram adalah sosial media utama yang digunakan, namun belakangan ini, ia juga melihat potensi pada perkembangan TikTok.

Jika melihat sekilas, pandemi memang terkesan membatasi ruang gerak kita. Tetapi jika disikapi dengan lebih jeli, dalam ruang gerak yang sedikit itu, banyak hal yang bisa kita eksplorasi lebih dalam. Mendengar pengalaman Imelda mengembangkan digital marketing bisnisnya di masa pandemi ini membuat semakin sadar kekuatan sosial media, terutama di Indonesia dengan pasar yang sangat beragam dan terus bertumbuh!

Imelda Djunaedi, mengawali Bebe Smart Indonesia dari kecintaannya terhadap anaknya. Imelda sangat senang membelikan anaknya ragam permainan edukatif yang bisa membuat mereka belajar sembari bermain. Bebe Smart Indonesia menjual berbagai permainan edukatif anak, utamanya untuk anak-anak usia di bawah dua tahun. 

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Transkripsi dari episode ini bisa diakses di sini.

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Muhamad Nuzul – Cerita di Balik Kiprahnya Menangani Program Pendidikan Anak Muda di ASEAN (#5)

“Belajar teknologi itu nggak hanya sekali belajar dan bisa. Siapapun yang ingin belajar teknologi, keinginan untuk mengeksplorasi itu penting. Ketika aku kerja bareng atau untuk anak-anak muda untuk pendidikan dan teknologi, momen-momen yang bikin aku senang itu adalah ketika training ini selesai, mereka masih terus mengeksplor dirinya, karena sekarang banyak sekali platform-platform yang sangat memungkinkan untuk anak muda belajar memperdalam skilnya.”

Muhamad Nuzul

Meskipun konektivitas merupakan salah satu kendala pendidikan anak muda di Indonesia, menurut Nuzul, memiliki mental eksploratif bagi anak-anak muda akan membantu mengurangi gap tersebut. “Karena misalnya, tidak mungkin hanya sekali ikut kelas langsung bisa koding. Jadi penting sekali untuk inisiatif mengeksplore sendiri.” Ujarnya. 

Di saat teknologi melesat lebih cepat dari yang kita bayangkan, menjadi penting untuk terus mengikuti perkembangannya. Buat Nuzul, mencari relevansinya dengan diri sendiri adalah cara yang bijak untuk menyikapi laju perkembangan teknologi. Tak lupa, membekali anak dengan skil critical thinking akan sangat berguna untuk menyikapi pentingnya pendidikan tentang teknologi. 

Muhamad Nuzul, mengawali kariernya di Save the Children International sebagai Project Officer untuk program yang berkaitan erat dengan pendidikan. Kemudian mulai fokus pada program pendidikan untuk anak muda dan teknologi (youth) di ASEAN Foundation dan UNICEF. Saat berkuliah di Jurusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia (UI), ia sudah menunjukkan ketertarikannya dengan pendidikan. Bisa dilihat dari keikutsertaannya di kegiatan kesukarelawanan dan internship, mulai dari UI Mengajar hingga pengajar untuk anak-anak pekerja migran di Serawak melalui VTIC Foundation

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Transkripsi dari episode ini bisa diakses di sini.

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Ilan Asqolani – ASEAN Foundation Timbulkan Kesadaran Mengenai Data Science di Asia Tenggara (#4)

“Berbicara mengenai data sciene itu tidak hanya melulu tentang analisis data. Buat saya, data science itu luas. Ada keterampilan-keterampilan lain yang relevan dengan data science, seperti critical thinking skill, problem solving skill, dan organizational skill. Saya pikir kalau memang tujuannya tidak menjadi data scientist pun keterampilan-keterampilan tersebut akan [tetap] berguna pada saat kita bekerja. Bahkan tidak hanya untuk bekerja, tapi untuk hidup juga. Ketika ada tantangan atau masalah, [skil] ini bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah itu.”

Ilan Asqolani 

Data science serupa ‘senjata’ untuk menghadapi masa-masa ketika kita dijejali banyak sekali informasi di internet. Banyak data atau informasi berseliweran di dunia digital, belum lagi kemudahan setiap orang untuk terkoneksi satu sama lain. Hal ini, jika tidak disertai dengan pemikiran kritis dan skil analisis data, bisa menjadi bumerang. Karenanya, data science menjadi sangat penting untuk dikenalkan oleh orangtua, dan diajarkan lebih lanjut di sekolah. 

Di antara negara-negara di ASEAN, menurut Ilan, Indonesia masih tergolong baru dalam upaya menuju masyarakat yang ‘melek’ data science. “Langkah kami tidak bisa langsung begitu saja. Saat ini kami di ASEAN Foundation mengawalinya dengan capacity building. Harapannya agar masyarakat bisa aware dulu dengan data science,” jelas Ilan menambahkan. 

Meskipun perjalanan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya data science masih panjang, Ilan bercerita pada kami bahwa ia senang ketika alumni program capacity building terkait data science di ASEAN Foundation berkarir di perusahaan besar dan menjadi data scientist. Inisiatif ini menjadi pintu pembuka menuju pendidikan data science dikenal lebih banyak orang di Indonesia dan ASEAN. Di episode kali ini, Ilan memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah kecil yang orangtua atau pengajar bisa terapkan untuk anak-anak dalam menumbuhkan skil-skil data science. 

Ilan Asqolani, sejak lima tahun ke belakang  merupakan Project Manager dari ASEAN Foundation untuk SAP Joint Initiatives, di mana ia melaksanakan inisiatif digital literasi yang menargetkan anak-anak muda di seluruh ASEAN. Ilan sudah berkecimpung di dunia pendidikan sejak satu dekade terakhir di berbagai institusi besar, mulai dari UNESCO, Putera Sampoerna Foundation, higga Lembaga Bahasa

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Transkripsi dari episode ini bisa diakses di sini.

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this

Alex Hadirahardjo – Generasi Ketiga Pemilik Perusahaan Keluarga Lem Fox Berinovasi Menjadikan Usaha Keluarganya Siap Secara Digital (#3)

“Saya cenderung mengalokasikan aset dengan tepat sasaran, di mana itu sebetulnya berisiko dan jika pun kita gagal, itu tidak apa-apa. Saya selalu memastikan bahwa ada saat di mana hal yang kita lakukan bisa saja salah. Jika itu terjadi, saya membuat diri saya nyaman jika ada sesuatu yang salah, kemudian menerima segala perubahannya. Intinya, biasakan diri kita nyaman dengan ketidaknyamanan.”

Alex Hadirahardjo  

Alex Hadirahardjo (Alex) berasal dari Jakarta, menghabiskan sepertiga pertama hidupnya di Jakarta, kemudian 12 tahun di Amerika untuk bekerja dan study. Lalu sejak sepuluh tahun ke belakang memilih menetap di Singapura secara fisik, namun sebetulnya ia juga ‘kembali’ untuk melanjutkan perusahaan keluarganya di Indonesia sejak 2019. Sebelum akhirnya meninggalkan industri, selama 12 tahun ia bekerja untuk sebuah perusahaan manajemen investasi di Amerika. Ia juga sempat mencicipi pengalaman ditempatkan di beberapa perusahaan di berbagai negara seperti Hongkong, Sydney, dan Tokyo. 

Berlatar belakang pendidikan di bidang Sistem Informasi dan Keuangan, ia justru pertama kali terpapar dengan dunia teknologi sejak meninggalkan perusahaan pada 2019. “Ketika saya meninggalkan perusahaan, saya sadar seberapa besar investasi yang dialokasikan [perusahaan] untuk teknologi, mulai dari Artificial Intelligence (AI), bahkan banyak tenaga kerjanya yang dikerahkan untuk mengembangkan teknologi.” Ia kemudian melanjutkan studi di Singularity University, Kampus NASA di Silicon Valley, untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang Internet of Things (IoT)

Saat ini dia sedang mengembangkan beberapa bisnis keluarga. “Saya mulai dengan memigrasi data ke Cloud Computing, membersihkan server room, dan memberikan pelatihan untuk manajemen level atas tentang digital marketing,” ujar Alex. Ia juga menambahkan proses digitalisasi yang saat ini dikembangkan di salah satu perusahaan keluarganya adalah mengembangkan sistem yang bisa memonitor perkembangan kerja team. Buat Alex, Zoom dan sistem digitalisasi pada manajemen membuat timnya terkoneksi lebih erat daripada sebelumnya. Hingga kini, ia terus memantau perkembangan digitalisasi ekonomi sembari terus mengembangkan sistem digital yang memungkin kinerja timnya semakin efektif dan efisien.

Alex Hadirahardjo, Asset Allocation Portfolio Manager selama 12 tahun berkarir di perusahaan investasi manajemen di Amerika bernama PIMCO. Kini ia aktif mengelola beberapa perusahaan keluarga, di antaranya; Eka Citta Dian Persada (perusahaan distributor), PT Mugi (perusahaan pemasaran untuk perlengkapan industrial, retail, dan lab), dan PT AICA INDRIA

Dengarkan podcast kami di The Empire Code Indonesia Show di Spotify. Enjoy the podcast!

Transkripsi dari episode ini bisa diakses di sini.

Podcast ini bisa didengar gratis untuk semua, dan ke depannya akan tetap gratis untuk diakses. Bantu kami untuk terus menampilkan konten-konten menarik lainnya dengan mengikuti podcast ini di Spotify

Share this