Ilan Asqolani – ASEAN Foundation Timbulkan Kesadaran Mengenai Data Science di Asia Tenggara (#4) Transkrip – The Empire Code Show
show-img

Ilan Asqolani – ASEAN Foundation Timbulkan Kesadaran Mengenai Data Science di Asia Tenggara (#4) Transkrip

Catatan podcast dan tautan ada di https://show.empirecode.co/ilan-asqolani/

Diana: Terima kasih sudah hadir dalam podcast kami. Senang banget bisa mendatangkan Pak Ilan secara virtual hari ini. Mungkin kita langsung saja, karena banyak banget pasti pertanyaan. Pak Ilan juga bebas boleh nanya ke kami, if you like do. Pak Ilan, saya penasaran nih. Saya sudah stalking profil Pak Ilan tadi, banyak sekali pengalaman Pak Ilan, mulai dari ASEAN Foundation, di UNESCO juga, di Sampoerna Foundation juga. Link-nya itu banyak di education saya lihat. Tapi saya penasaran bagaimana sebetulnya Pak Ilan bisa banyak berkecimpung di data science beberapa tahun belakangan ini?

Ilan: Oke. Jadi sebenarnya untuk data science sih boleh dibilang baru ya, karena saya meng-handle project besar sains pada saat saya mulai kerja di ASEAN Foundation. Hanya sebelumnya, di Putera Sampoerna Foundation kan saya meng-handle project SMART Lab project-nya USF yang  targetnya memang guru-guru STEM atau mungkin STEAM yang ada art-nya, tujuannya untuk membantu mereka dalam mengajarkan mata pelajaran STEAM itu yang  semenarik mungkin. Nah itu pada saat saya di Putera Sampoerna Foundation. Kemudian di UNESCO juga kan, di UNESCO saya bantu project ya memang fokusnya ke education for all waktu itu. Ya mungkin kalau melihat pengalaman saya, ke pengalaman professional, saya ya memang fokusnya ke pendidikan. Hanya pendidikan disini ada yang  ke data science, ada yang  STEAM, ada yang  memang pendidikan secara umum-umum gitu ya. Kenapa ya pendidikan? Ya karena memang passion saya di pendidikan gitu ya. Jadi saya suka benget dengan pendidikan dan memang salah satu live goals saya itu memberikan pendidikan atau memberikan akses bagi orang-orang yang  tidak memiliki privilege untuk memperoleh pendidikan yang  decent. Hampir sebagian besar pekerjaan saya itu memang fokusnya di pendidikan karena itu sesuai dengan passion saya.

Tri: Aku sendiri penasaran sebenarnya Pak Ilan, ini kan semua ngomongin tentang pendidikan. Semua orang tahu kalau pendidikan itu penting. Kalau dari segi data science, aku belum terpapar kalau data science itu penting lho buatku. Nah, menurut Pak Ilan kenapa data science  ini penting buat semua orang?

Ilan: Kalau menurut saya pribadi, kenapa data science itu penting, apalagi industri atau perusahaan-perusahaan yang  ada  di dunia mungkin hampir sebagian besar berbasis data. Itulah kenapa data science itu penting karena data science  itu sangat membantu sekali dalam pengambilan keputusan, yang itu nanti akan berpengaruh terhadap operasionalisasi isi perusahaan dan juga organisasi. Jadi itu, kenapa data science  itu penting, karena sekarang keputusan berbasis data dan untuk bisa menghasilkan keputusan itu melalui data science. Sebenarnya kalau kita berbicara data science tidak hanya melulu tentang analisis sata, tapi bagi saya data science itu luas, ada keterampilan lain yang memang relevan dengan data science. Contohnya misalkan ketika kita melakukan data analitik, tentu kita melakukan analisis data. Nah untuk menganalisis data itu perlu yang namanya critical thinking skills (berpikir secara kritis), perlu juga yang namanya problem solving skills, terus perlu juga yang namanya organizing skills  (bagaimana menstrukturisasi informasi-informasi yang  ada sehingga memberikan visualisasi yang  nanti bisa dipahami oleh si decision maker).  Jadi, kenapa data science  penting ya itu karena tadi itu, data driven, kemudian ini juga berhubungan dengan skil lainnya.

Tri: Kalau misalnya sebagai individu Pak, kan orang ini kerja di perusahaan yang berbeda, tapi belum tentu orang ini membutuhkan data analisis di perusahaan mereka. Sebagai individu apakah penting untuk mengetahui ilmu-ilmu data science ini ? Kalau tidak risiko apa saja yang  akan berimbas ke individu ini? Bahwa kalau kalian tidak tahu tentang data science, kalian akan rugi di bagian ini.

Ilan: Tadi kan sudah saya jelaskan bahwa data science ini tidak melulu tentang analisis data. Tapi ketika kita belajar data science, kita bisa meningkatkan problem solving skill kita, meningkatkan critical thinking skill kita, dan juga organisational skill. Jadi pikiran kita mungkin lebih terstruktur kali. Ya mungkin ada hubungannya dengan design thinking. Sebenarnya kalau memang tujuannya tidak menjadi data scientist tapi saya pikir dengan belajar data science ada keterampilan-keterampilan yang  memang nanti mereka akan berguna pada saat mereka bekerja gitu. Tidak hanya bekerja sih, pada saat mereka menjalani kehidupan mereka pasti banyak challenges atau problem, nah itu skil yang akan mereka gunakan untuk menghadapi challenges-challenges ini.

Tri: Kalau misalnya kita tahu tentang data science, kita jadi lebih berhati-hati untuk input data di tempat-tempat tertentu?

Ilan: Iya, sebenarnya dengan tahu data science mungkin kita lebih hati-hati juga, kita juga mungkin lebih aware tentang data privasi. Mungkin itu another part of learning data science. 

Diana: Wah luas banget ya, dan ternyata itu erat banget kaitannya. Kalau tadi saya pikir-pikir  dari penjelasan  Pak Ilan, sekarang kita banjir informasi, sudah tidak kekurangan informasi di internet dan punya skills data science menjadi penting. Ya mungkin kita kesannya [belajar]  data science, tapi sebetulnya dia membangun juga critical thinking, desain thinking seperti yang Pak Ilan katakan tadi dan menurut saya itu penting banget  untuk saat ini.  Nah, kembali ke pertanyaan terkait Pak Ilan nih sebagai project manager untuk ASEAN Foundation saat ini. Saya penasaran tentang Indonesia, sebetulnya  posisi kita terkait data science  untuk anak mudanya itu sebetulnya bagaimana Pak Ilan? Dan mungkin bisa sedikit cerita di ASEAN seperti apa, sehingga mungkin punya gambaran yang lebih spesifik tentang Indonesia sendiri dan data science di Indonesia?

Ilan: Sebenarnya data science itu kan bagian dari digital skills, dan kalau kita berbicara terkait digital skills itu ini sebenarnya sudah masuk ke agenda dari 10 negara ASEAN. Jadi, dari sisi workplan, dari sisi direction itu semua negara ASEAN sebenarnya sudah mulai mengarah kesana. Jadi bagaimana mereka mempersiapkan mahasiswanya, siswanya itu untuk bisa belajar, untuk punya yang  namanya digital skills, salah satunya adalah data science . Hanya mungkin untuk beberapa negara ASEAN, data science itu masih relatif baru gitu ya. Kalau saya lihat memang untuk Indonesia sendiri ini masih relatif baru dan masih banyak anak muda di Indonesia dan beberapa negara ASEAN itu belum aware apa sih itu data science, apa manfaat data science, benefit-nya apa nih buat gue atau mungkin buat gue nanti kedepannya bagaimana. Jadi mereka belum aware terkait data science.

Pada saat saya mengerjakan project data science ini di ASEAN Foundation memang banyak PR yang harus saya pecahkan. Jadi saya tidak bisa langsung memberikan pelatihan, tapi harus  memperkenalkan apa itu data science, setelah itu baru saya beri semacam yang namanya capacity building.  Jadi seperti itu yang saya lihat, memang di beberapa negara ASEAN, data science masih relatif baru dan next time to get anak mudanya lebih familiar dengan data science.

Diana: Alright. Justru tantangannya sekarang adalah mengenalkan atau buat mereka aware dulu tentang data science. Tapi mungkin saat ini posisinya kalau misalnya di masa depan gitu Pak Ilan berbicara tentang project management, bagaimana sih kita bisa mengukur keberhasilan bahwa digital literasi termasuk didalamnya digital science itu berhasil nih dikenalkan, diimplementasikan dan mungkin diintegrasikan di pendidikan di Indonesia dan negara ASEAN lainnya?

Ilan: Iya sebenarnya, kalau sisi saya pribadi sih gampang sebenarnya. Sekarang ini kan sebenarnya untuk talent di bidang data science di Indonesia sendiri itu kan masih kurang. Kalau untuk melihat apakah digital skills atau data science ini sudah berhasil diterapkan di suatu negara. Kalau saya pribadi parameternya adalah apakah di negara itu kekurangan atau tidak untuk talent-talent di bidang data science. Kalau memang tidak kekurangan berarti negara itu sudah berhasil mengimplementasikan data science. Itu saja sih parameternya, hanya kan kalau melihat sekarang kan gini masih banyak lah perusahaan-perusahaan yang  kekurangan talent-talent di bidang data science.

Diana : Wah iya benar-benar. Bahkan itu mungkin juga walaupun betul Pak Ilan bilang it’s sexiest job at the moment, mungkin juga karena talent-nya masih sedikit. Tapi ketika misalnya at some point pas kita lagi rekrut dan itu masih seksi, hanya itu sudah lebih banyak talent-nya its a good news berarti ya karena dari sana kita bisa mengukur bahwa ini sudah berhasil. Dan menarik lagi nyambung dari sana, selama Pak Ilan ngerjain proyek ini di Indonesia dan juga ASEAN pasti banyak tu Pak cerita-cerita menarik. Ada tidak sih best moment ketika Pak Ilan mengerjakan project ini atau cerita menarik yang  Pak Ilan temukan di lapangan gitu selama prosesnya?

Ilan: Iya, sebenarnya masih keep in touch sama alumni-alumni project yang ikut terlibat dalam project  yang  saya handle dan  beberapa dari mereka ada yang sudah bekerja di Gojek, Intel, CIMB Niaga, BNI, jadi banyak juga dari mereka yang akhirnya mengambil data science. Meskipun pada saat kuliah mereka jurusannya bukan data science lho, jadi ikut dengan project ini jadinya mereka berubah haluan. Mungkin mereka terinspirasi pada saat mereka ikut terlibat dalam project  ini, mereka melihat ternyata data science ini diperlukan lho, ternyata data science ini bermanfaat lho, dan dari sisi karier ini bagus juga. Akhirnya beberapa berubah haluan yang  sebelumnya di jurusan bisnis, dan sekarang dia belajar lebih lanjut terkait data science  dan menjadi data science. Ya itu, salah satu best moment-nya adalah wah ternyata project ini bisa memberikan inspirasi dan mereka juga melihat project  ini memberikan inspirasi menjadi an eye opener buat mereka untuk mengambil data science  sebagai pilihan karir mereka. Itu salah satu best moment sih.

Tri: Baik, saya juga melihat dari Pak Ilan sendiri nih dari yang  awalnya fokus ke pendidikan banget sekarang jadi agak minggir fokusnya data science. Tapi apart of kerjaan, sebenarnya secara individu Pak Ilan ni tertarik tidak sih mempelajari data science itu? Apa karena kerjaannya berkecimpung disini makanya harus belajar data science?  Atau harus terpaksa tertarik belajar data science? Atau emang beneran ngerasa tertarik secara emosi pribadi?

Ilan: Kalau saya harus jujur ya, saya sebenarnya tertarik data science, hanya setelah melihat materinya ya lumayan sulit juga apalagi yang banyak coding-coding gitu,  “Aduh lumayan juga ini.” Jadi intinya untuk belajar data science pertama perlu passion, motivasi yang kuat, dan perlu goals yang  kuat. Dan goalsnya itu harus personalize. Saya ingin belajar data science cuma tidak benar-benar into data science sih. Harapannya ini bisa men-support karir saya juga, tentunya tidak untuk saya juga tapi dengan saya belajar data science harapannya saya bisa bekerja di tempat yang  nantinya bisa berkontribusi juga buat organisasi itu dan juga buat masyarakat.

Tri: Saya yang  penasaran sebenarnya itu tadi.

Ilan: Itu tadi, dan sekarang sudah terjawab?

Tri : Iya sudah terjawab, Pak.

Diana: Dan ngelihat Pak Ilan sudah ngambil kelas, berarti sudah tidak diragukan lagi, sudah tertarik banget  nih Pak Ilan semakin dalam masuk ke dalam data science.

Tri: Berdasarkan riset bahwa data science job itu sebenarnya seksi kan. Tapi menurut Pak Ilan sendiri gimana?

Ilan: Kalau menurut saya this is totally true. Karena memang banyak yang  saya lihat banyak perusahaan akhirnya sekarang berbasis data. Semua keputusan di perusahaan itu berdasarkan data dan memang kalau dilihat dari talent-talent di bidang data science  masih sedikit gitu ya. So i do believe data science is a one of prospective job in the world.

Diana: Wow, baik sampai diskusi kita disini saya makin yakin kalau data science itu sangat penting. Nah, Pak Ilan ada tidak tips atau metode pendekatan untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya digital literasi dan atau data science itu sendiri?

Ilan: Jadi gini kalau digital literasi kan banyak ya. Memahami informasi di dunia digital, memahami informasi di sosial media itu kan bagian dari digital skills juga. Terus membedakan apa itu hoax, apa itu bukan hoax kan bagian dari digital literasi juga. Jadi data science  merupakan salah satu dari digital skills itu. Nah, kalau menurut saya data science itu sebenarnya sudah bisa diperkenalkan ke anak-anak pada saat mereka masih muda. Mungkin dari mereka masuk ke sekolah dasar gitu ya, bisa juga diperkenalkan dengan metode yang  sangat sederhana. Kalau yang  sekarang kan yang sudah dijalankan di sekolah-sekolah dasar  itu kayak eksperimen sains, nah ini mungkin bisa diintegrasikan dengan data science. Jadi eksperimen tapi berbasis data science. Nah, metodenya bagaimana, tekniknya bagaimana itu dikembalikan ke masing-masing sekolah. Intinya data science ini penting dan bisa diperkenalkan ke anak-anak pada saat mereka masih di usia muda, di SD pun sebenarnya sudah bisa diperkenalkan. Contohnya misalnya gini, sebenarnya data science ini kan bisa diaplikasikan ke game yang biasa anak-anak mainkan di handphone mereka. Mungkin bisa mulai dari sana, mungkin bisa tanya “Kalian suka main game tidak sih?” Terus “Kalian tahu tidak caranya buat game?” Mungkin bisa perkenalkan dulu coding-coding yang  simple, sebenarnya sih ini meningkatkan minat dulu sih. Kalau  mereka sudah minat baru deh mereka bisa belajar lebih lanjut lagi.

Diana: Iya benar, penting banget untuk mengenalkan kemudian menumbuhkan minat mereka yang pertama. Entah metode dan segala macamnya bisa dieksplor sebetulnya ya Pak Ilan? Mungkin ini pertanyaannya nyambung lagi, ada tidak sih Pak Ilan buku referensi atau buku favorit Pak Ilan terkait data science atau yang  bisa membantu kita belajar data science, Mungkin ada rekomendasi Pak Ilan atau buku apapun secara general yang  Pak Ilan suka?

Ilan: Kalau buku terkait data science terus terang saya tidak punya ya. Mungkin Tri sama Diana lebih expert lah terkait buku, terkait data science. Kalau ditanya buku secara general sih intinya saya suka buku-buku yang memang dapat membantu saya dalam meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas saya secara fisik dan mental. Karena buku itu bisa membuat saya lebih produktif, lebih bahagia, lebih tenang dalam menghadapi berbagai hal, berbagai cobaan. Dan terus terang buku favorit saya ya buku-buku yang berhubungan dengan itu lah. Jadi tidak spesifik, tidak bisa menyebutkan satu judul secara khusus gitu.

Tri: Baik, Pak Ilan saya kepikiran sesuatu nih sebenarnya. Ini kan bapak kerja di ASEAN Foundation, kalau misalnya podcast kita didengarkan oleh 3 juta manusia di Indonesia dan di antara manusia-manusia ini ada orang tua dan dewasa. Apa sih program-program ASEAN yang  kira-kira cocok buat mereka atau Pak Ilan perlu ngomong sesuatu nih buat orang tua-orang tua ini bahwa ASEAN Foundation punya ini lho?

Ilan: Ini untuk orang tua atau anak muda nih?

Tri: Orang tua yang punya anak dan anak muda.

Pak Ilan : Kalau menurut saya gini, mungkin ini konteksnya pendidikan ya. Gini kalau untuk saya pribadi pada saat memilih sekolah buat anak saya ini bisa menjadi pembelajaran buat orang tua-orang tua yang  ada di sana,  tidak tahu ini applicable atau tidak. Hanya bagi diri saya pribadi, ketika saya memilih sekolah yang  paling penting itu adalah bagaimana sekolah itu bisa meningkatkan karakter anak saya, bisa meningkatkan softskill anak saya. Jadi fokus saya ke arah situ, bagaimana sekolah itu bisa meningkatkan misalnya critical thinking, rasa ingin tahu, empati, problem solving. Sebenarnya skil ini ada di data science dan di ASEAN Foundation sendiri memang program-program yang kita desain memang fokusnya ke sana. Program ini didesain untuk meningkatkan skil yang  tadi itu. Ya banyak sekali program-program yang  di desain ASEAN Foundation yang  sebenarnya bagus untuk meningkatkan soft skills anak-anak muda yang  ada di seluruh negara ASEAN gitu. Jadi untuk orang tua – orang tua silahkan dicek sosial medianya ASEAN Foundation, silahkan cek-cek programnya, itu bagus untuk anak-anak muda untuk meningkatkan soft skills dan hard skills juga.

Tri: Ya setuju, karena ini sebenarnya deket kerjanya dengan ASEAN Foundation, kita pernah terlibat di beberapa proyek bareng dan program-program ASEAN Foundation ini sangat inovatif, mungkin exposure-nya belum sampai ke pelosok-pelosok negeri. Jadi kalau misalnya orang-orang pada dengerin podcast ini dan akhirnya mereka sadar bahwa ASEAN Foundation ini punya program yang keren-keren mereka langsung ke ASEAN Foundation.

Diana : Okay, saya punya satu quick question Pak Ilan. Apa tiga skills yang  paling dibutuhin atau yang  penting untuk dimiliki oleh anak muda menghadapi perkembangan teknologi yang  cepat saat ini?

Ilan: Oke menurut saya ini pertanyaan sulit. Dunia berkembang dengan cepat, teknologi informasi berkembang dengan sangat cepat dan data science ini kan mungkin tidak kepikiran buat banyak orang, “Apasih data science? Kenapa kok ini tiba-tiba muncul?” Karena  memang dunia ini bergerak dengan sangat cepat, salah satu skills yang dimiliki pertama adaptability jadi bisa beradaptasi terhadap setiap perubahan. Kalau kita tidak bisa beradaptasi dengan setiap perubahan kita akan ketinggalan dan tidak bisa berkompetisi dengan yang lainnya yang bisa beradaptasi contohnya sekarang semua serba berteknologi informasi menyebar dengan cepat, salah satunya kita harus catch up dengan teknologi-teknologi terbaru mungkin sudah banyak contoh perusahaan yang  tidak bisa beradaptasi dan akhirnya collapse dan ini juga konteksnya sama buat orang juga kalau tidak bisa beradaptasi ya tidak bisa berkompetisi. 

Yang kedua mungkin collaboration. Pentingnya collaboration adalah getting connecting with others. Di dunia sekarang ini banyak sekali permasalahan yang  tidak bisa diselesaikan secara mandiri itu perlu kerjasama dan kolaborasi dengan pihak lain, jadi keterampilan untuk bisa kerjasama dan kolaborasi dengan orang lain itu penting sekali karena collaboration itu kan luas mungkin dengan mendengarkan orang, memberikan feedback yang baik, diplomasi, negosiasi itu semua merupakan bagian dari collaboration skills . Dan yang terakhir itu problem solving skills. Kalau yang saya lihat permasalahan-permasalahan itu semakin kompleks, jadi perlu adanya penambalan yang  bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan cepat dan tepat ya karena kalau hanya tepat saja ya….

Diana: Thank you, thank you Pak Ilan. Baik Kak Tri … do you have any questions?

Tri: Yes, I do have one more question. Kalau saya lihat Pak Ilan diposisi yang  sekarang, apakah sudah puas dengan posisi saat ini? Atau masih ada ambisi-ambisi lain? Dan dalam 5 tahun ke depan apa yang  akan Pak Ilan lihat dalam diri Pak Ilan sendiri?

Ilan : Saya sebenarnya si bukan orang yang ambisius, saya sih intinya selalu bersyukur apa yang  saya punya sekarang, apa yang  saya punya sekarang saya merasa sudah lebih dari cukup. Jadi saya syukuri apa yang  saya punya sekarang. Lima tahun kedepan saya akan seperti apa saya tidak terlalu ambisius, jadi saya ikuti saja seperti apa nanti jadinya. Intinya yang  bisa saya kerjakan adalah yang  sekarang, sekarang saya bekerja sebaik mungkin, bekerja untuk diri saya sendiri dan keluarga saya. Dan harapannya apa yang  saya kerjakan itu bisa memberikan kontribusi positif untuk masyarakat, anak-anak muda di seluruh negara ASEAN.

Tri: Right, berarti sekarang lebih bersyukur dengan yang  sudah punya saat ini. Thank you so much Pak Ilan. 

Diana: Terima kasih Pak Ilan sangat insightful ngobrolnya hari ini semoga sukses dengan project -nya, sukses [untuk] buat anak-anak muda di indonesia untuk lebih aware dengan digitalisasi dan lebih familiar dengan data science.Ilan: Thank you for inviting me Tri dan Diana, salam sama Jasmine.

Copyright © 2021 Empire Code. All Rights Reserved.

Share this