Imelda Djunaedi – Founder Bebe Indonesia Smart Siasati Pandemi dengan Memperluas Marketing di Dunia Digital (#6) Transkrip – The Empire Code Show
show-img

Imelda Djunaedi – Founder Bebe Indonesia Smart Siasati Pandemi dengan Memperluas Marketing di Dunia Digital (#6) Transkrip

Catatan podcast dan tautan ada di https://show.empirecode.co/imelda-djunaedi

Diana: Selamat pagi, Kak Tri dan hari ini kita ada Ibu Imelda. Ibu Imelda selamat pagi saya Diana  seperti yang tadi dikenalin Kak Tri. Senang banget ada Ibu Imelda hari ini. Kita bakal ngobrol-ngobrol santai selama 30 menit ke depan. Kalau boleh tau Ibu Imelda hari ini online dari mana?

Imelda: Dari Perth, Australia.

Diana: Aah.. Sekarang berarti one hour ahead?

Imelda: Iya, jam 10.

Diana: Iya tapi masih pagi,  happy banget dan mungkin hari ini kita banyak ngobrol tentang bisnis dari Ibu Imelda dan trik marketing yang bisa dishare kepada kami. Mungkin buat pendengar kami, buat saya dan kak Tri juga kita penasaran nih, sebenarnya Ibu Imelda bisnisnya di bidang apa dan produknya apa?

Imelda: Saya di bidang mainan anak-anak, lebih ke mainan di bawah umur dua tahun, mainan yang merangsang kecerdasan baby gitu, bermain sambil belajar mereknya Bebe Smart.

Tri: Aah nice, jadi penasaran nih kenapa akhirnya ke permainan anak-anak? Atau mainan anak-anak, padahal banyak bisnis di tempat lain? Kenapa akhirnya memilih bisnis mainan anak-anak?

Imelda: Soalnya dari dulu saya memang suka beliin mainan buat anak-anak saya, buku, mainan-mainan yang menstimulasi.

Tri: Right..yang edukatif.

Imelda: Iya edukatif yang menstimulasi otak mereka. Jadi belajar sambil bermain begitu, nggak cuma bermain sambil asal-asalan.

Tri: True, jadi belajar sambil bermain buat anak-anak dan sekalian kenapa enggak dibuat bisnis ya, Bu?

Imelda: Iya, hehe.

Tri: Hehe, right right.

Diana: Sangat dekat alasan memulainya karena anak. Itu proses mendesain produknya bagaimana, Bu? Untuk mainannya, bagaimana prosesnya kan pasti banyak sekali indikator ada warna,  ada yang untuk merangsang kecerdasan banyak bidangnya. Nah, ibu bagaimana menentukan produk mainnya?

Imelda: Kan ada partner lainnya juga, jadi kita bersama-sama mencari mainan yang tepat untuk anak-anak dan bayi. Terus kita design warna dan gambarnya yang sangat menarik untuk bayi, gambar binatang, gambar yang pokoknya merangsang deh, dan warna-warnanya juga yang menarik bagi anak-anak gitu, nggak bisa kayak warna orang dewasa sekarang, kan beda ya sama warna anak-anak yang mana warna anak-anak lebih ke warna dasar. 

Tri: Iya benar, apalagi dibawah dua tahun, mereka masih sangat senang melihat warna yang cerah, bedanya itu kontras kaya gitu, iya lampu-lampu juga mereka seneng.

Imelda: Iya, musiknya juga yang banyak, terus suara binatang, suara mobil, musik-musik klasik dan piano, nyanyi-nyanyi mereka kan sangat periang.

Tri: True, true, tapi kalau ngomongin target market ini sebenarnya untuk parent  yang sudah settle punya anak kedua dan ketiga atau parent baru bu kebanyakan?

Imelda: Semuanya sih.

Tri: Jadi ada parent yang baru?

Imelda: Even yang punya anak kedua dan ketiga juga ada kan yang usianya lebih besar.

Tri: Aah, right, right.. Nice, Jadi semua parents yang punya anak rentang usianya 0-2 tahun bisa jadi target market ya.

Imelda: Iya, terus kita buat mainan juga yang multifunction, misalnya baby walker nanti babynya sebelum bisa berjalan nanti mainannya bisa jadi meja belajar, untuk duduk, merangkak nanti kalau sudah fase mulai belajar berjalan bisa dipakai untuk jalan. Nanti kalau sudah bisa jalan bisa jadi meja edukasi lagi, jadi multifunction dan berguna agak lama, pakainya tidak sebentar.

Tri: Right right. 

Diana: Lebih sustain. 

Tri: Iya karena biasanya complaint parents itu kalau misalnya mainan cuma dipakai di umur tertentu atau waktu tertentu ya, Bu. Nah biasanya, parents compalinnya di sana, cuma kalau bisa dipakai berkala mereka pasti senang.

Imelda: Iya, seperti contohnya kita punya produk piano play games. Nah gitu kan mereka lagi bayi tiduran sambil tendang-tendang piano.

Tri: Haha, alright.

Imelda: Nanti sudah bisa duduk, dia bisa duduk sambil main pianonya, kalau sudah besar pianonya bisa dibawa-bawa sambil makan, sambil main di mobil, pianonya saja yang dibawa-bawa.

Tri: Aah, right, right. That’s interesting and innovative.

Diana: Dan untuk marketnya itu, kebanyakan di Australia, Internasional atau Indonesia,Ibu Imelda?

Imelda: Di Indonesia saja.

Diana: Oh, Indonesia..

Imelda: Iya, belum masuk Australia. Dikarenakan kemarin covid, jadi kita pindah ke sini sementara.

Tri: Lebih aman bu ya? Di sana zero case.

Imelda: Nah, supaya anak-anak bisa sekolah yang offline.

Diana: Ah iya, di sana juga sudah biasa ya sekolah offline.

Imelda: Iya..

Tri: Hm, Ibu kan menjalankan bisnis ini nggak selalu mulus, nggak selalu lancar saja, pasti ada tantangan di dalamnya, kira-kira apa saja yang bikin bisnisnya itu menemukan masa yang susah?

Imelda: Ah, yang kemarin pandemi. PPKM tutup kan kita jualnya ke toko-toko baby kan, mereka tidak bisa buka. It’s challenging, pandemi yang kemaren itu. Of course, sales-nya drop banyak tapi ya kita harus bikin promo-promo online, soalnya kan mereka di rumah saja. Anak-anak juga perlu mainan kan, jadi harus pikir cara supaya bisa menjual di platform lain, selain offline.

Tri: Umm, berarti emang ready untuk switch bu ya, ketika kemarin pandemi langsung siap-siap. Oh, kita juga harus siap di online nih, jadi nggak offline aja. Malah, jadi opportunity baru bu ya, jadi nanti kalau sudah buka lagi, kita punya online dan offline juga. Right?

Imelda: Iya..

Diana   : Jadi, iya kesannya itu mungkin keterbatasan, tapi di ruang yang terbatas itu jadi lebih eksploratif untuk melihat kemungkinan-kemungkinan target bisnis yang lain. Nah, saya penasaran nih, tadi kan terkait produk dan inspirasi design. Nah Ibu Imelda kira-kira suka ngikutin trend teknologi nggak? Dan misalnya ngikutin, itu bagaimana mempengaruhi desain dan perkembangan produk yang Ibu Imelda create atau jual di bisnisnya Ibu Imelda?

Imelda: Oh, saya selalu mencoba mengikuti teknologi, karena menurut saya orang nggak boleh gaptek sih ya, karena teknologi berkembang pesat sekali.

Tri: Cepat banget..

Imelda : Kalau tidak mengikuti sebentar saja, kita ketinggalan. Jadi, saya sebisanya ngikutin, meluangkan waktu untuk melihat-lihat Instagram, Tiktok untuk melihat trending-trending yang baru, mainan anak-anak, warna-warna juga selalu berganti-ganti ternyata ya.

Diana: Iya, benar banget..

Imelda: Karakter-karakter yang dulu terkenal sekarang jadul banget, selalu memperbaharui supaya tidak ketinggalan zaman.

Tri: Yes, that’s really true, dan kalau misalnya Ibu kan sebenarnya aktif di Instagram bu ya, selama ini gimana sih cara prosesnya dari menjual mainan di Instagram, karena mungkin diluar sana audiens kita pengen nih belajar dari Ibu Imelda yang sudah memaksimalkan fitur Instagram yang sangat bagus.

Imelda: Jadi, kalau Instagram itu, pertama-pertama kita harus mikirin konsep apa yang kita pakai. Misalnya, warnanya yang serasi atau posting yang ada tipsnya atau cuma posting barang atau mau posting video pertama kita harus pikirin. Terus, biasanya kita, setiap awal bulan bikin schedule, bulan ini kita mau post ini dan ini, jadi sudah rapi, warnanya juga diserasikan satu sama lainnya. Jadi, kalau masuk ke Instagram lihatnya enak, nggak berantakan dan diselingi dengan tips dengan giveaway terus juga harus endorse pakaian-pakaian ya kan pakai ibu-ibu yang mereview mainan anak-anak lainnya. Terus kita juga ada brand ambassador. Jadi, kita mengundang 5 brand ambassador setiap tahun. Jadi, kalau ada mainan baru mereka foto dan mereview. Aktif lah ya dan Instagram ada fitur baru, reels.

Tri: Iya, karena sebenarnya sama dengan fitur Tiktok juga bu ya, yang reels cuman untuk pengguna Instagram yang sudah setia banget sama Instagram, mereka nggak mau pindah ke Tiktok. 

Imelda: Iya ribet pindah aplikasi ya hehehe

Tri: Iya benar, jadi Instagram aja satu tapi bisa klik-klik yang lain haha.

Imelda: Pun, tiktok lebih menarik ya, lebih banyak bagus-bagus Tiktok.

Tri: Lebih banyak variasinya ya.

Diana: Iya bener, transitionnya. Instagram masih develop juga. Tiktok karakternya memang transisi ya, tapi ada akun Tiktoknya nggak bu?

Imelda: Ada, ada juga.

Diana: Wah, menarik berarti produce buat video juga ya promosinya.

Imelda: Iya, itu nggak gampang loh, cuma beberapa detik video, kita memakan waktu dan pikiran.

Tri: Iya bener, gabungin videonya, konsep videonya, tulisan-tulisannya, editingnya, semuanya..

Imelda: Kadang kita lihat, “Oh Cuma begini doang,” cuman itu perlu usaha ekstra.

Diana: Iya benar.

Tri: Exactly.

Imelda: Jadi, begitulah harus ditentukan terlebih dahulu, audiensnya siapa, terus harus memaksimalkan ads juga, endorse juga, giveaway juga.  Susah-susah gampang.

Tri: Benar, asal sudah ketemu jalurnya, kuncinya bisa jalan terus. Kalau Instagram sama Tiktok sendiri paling banyak masuknya yang mana ya, Bu? Dari Instagram atau Tiktoknya.

Imelda: Lebih banyak Instagram.

Tri: Lebih banyak Instagram ya, karena emang sudah lama di sana dan sudah settle dan mungkin Tiktok baru. Tetapi ketika nanti sudah masuk kesana lebih gampang viral dan dapat audiens baru, karena memang tidak terbatas, kalau Instagram lebih ke follower, paling yang baru-baru yang dari endorse. Tetapi, kalau Tiktok itu walaupun nggak follow, dia akan tetap muncul di FYP [For You Page] mereka.

Imelda: Iya, lewat di FYP.

Tri: Right, that’s interesting actually. Kalau misalnya online shop yang lain menjamah juga nggak bu?

Diana: Marketplace..

Imelda: Iya, seperti Shopee, Tokopedia, Blibli dan baru mau masuk Lazada juga ya dan Go-Mart, Gojek punya.

Diana: Oh iya menarik, Gojek malah lebih dekat dengan orang-orang karena lebih sering dipakai untuk keseharian. Nah, di antara semua marketplace, ada nggak pendekatan yang berbeda. Kalau misalnya ke Shopee dan Tokopedia bagaimana ya,  Bu?

Imelda: Kalau Shopee, kita harus lebih aktif dalam pakai Shopee ads dan flash sale.

Diana: Oh, yang live itu juga?

Imelda: Oh, nggak, kita enggak make itu.

Diana: Oh enggak, itu melelahkan sekali..

Imelda: Oh iya, itu sampai malam-malam ya saya liat orang jualan gitu  ya. 

Diana: Tapi itu efektif sekali bagi yang jualan busana atau mainan-mainan, tapi harus ada yang bombastis, hiperbolis untuk attract attention.

Imelda: Iya ya, harus murah banget ya.

Tri: Tapi yang promo 12.12 kemarin ikutan, Bu?

Imelda: Ikut, nah Shopee harus begitu isi promo 12.12, flash sale, diskon toko, pokoknya maksimalkan mereka punya tools deh ya.

Tri: Right, dan itu bisa naikin sales ya Bu.

Imelda: Iya naikin sales.

Diana: Kalau Tokopedia atau Blibli?

Imelda: Kalau Blibli tidak seheboh Tokopedia dan Shopee ya, gatau deh ya, mungkin belum kali ya, agak lebih baru mereka kali ya.

Tri: Agak slow begitu pergerakannya ya.

Diana: Kurang heboh promonya.

Tri: Kalau Shopee dan Tokopedia agresif banget.

Imelda: Agresif banget dan ada RM yang approves kita terus ya. Ok, ini 12.12. nyalakan fitur ini, masukin flash sale, masukin ads. Pokoknya toolsnya dimaksimalkan.

Tri: Mereka follow up terus bu ya.

Imelda: Iya, mereka follow up terus. Share di Instagram dan dimana-mana, mereka mengingatkan terus untuk aktif.

Diana: Bagus, maintenance untuk pengguna aplikasinya.

Imelda: Banyak pembelinya juga kan kalau Shopee dan Tokopedia. Orang kalau beli apa-apa lebih ke Shopee atau Tokopedia.

Diana: Iya, kalau marketing di Indonesia, dua itu sih yang jadi kompetitor yang paling menonjol. Tadi, Ibu Imelda sempat singgung soal influencer, saya penasaran, kira-kira bagaimana mama muda di Indonesia atau orang tua. Bagaimana Ibu menentukan dalam pemilihan influencer? Proses seleksi, dikarenakan saya lihat produk ibu sangat khusus, banyak orang yang jual mainan tapi ini ada valuenya, ada sustainability, ada edukasinya juga dan itu pasti selektif.

Imelda: Yang pertama lihat umurnya, usia anaknya cocok atau tidak, terus kita lihat cara dia mereview produk sesuai dengan visi kita dan cara mereka foto serta videoin, mereka punya endorsement dan terakhir lebih ke followersnya, apakah daerahnya cocok, serta meminta statistik akun mereka.

Tri: Sejauh ini, influencer yang paling berpengaruh siapa bu?

Imelda: Rachel Vennya, Elizabeth Zenifer dan banyak lagi sih..

Tri: Nice, itu langsung berpengaruh ke sales atau nambah followers bu?

Imelda: Rachel Vennya lebih ke sales ya, kalau Zenifer followers, berbeda-beda.

Diana: Tergantung influencer ya bu..

Tri: Menarik, sangat menarik. Nah, kalau Ibu Imelda sendiri ngomongin tentang sales, ada nggak sih marketing tools yang lain yang Ibu Imelda bisa share yang kira-kira akan menaikkan sales banget nih untuk marketing perusahaannya.

Imelda: Harga ya, harus banting harga hehehe..

Diana: Wah, harus disiapkan semuanya..

Imelda: Heheh, banting harga sih itu paling nomor satu tapi ya rugi lah.

Tri: Tapi kan setelah itu, kalau sudah dipercayai brandnya, akan beli lagi. Dikarenakan, kualitas pertama sudah OK nih, yang kedua, ketiga pasti beli lagi. Jadi, strategi Bu ya.

Imelda: Iya marketing expenditure-nya, kemarin juga ada pameran ibu dan anak di GCC.

Tri: Nice, itu sudah ikut dari brandnya Ibu?

Imelda: Sudah ikut.

Tri: That’s interesting..

Imelda: Dari semenjak pandemi kan nggak ada pameran ya, jadi pertama kali, kita juga agak hati-hati. Karena kan dibatasi, dikasi sesi-sesi, satu orang hanya boleh beberapa jam, tetapi ternyata rame, bagus strateginya.

Tri: Right, orang-orang pasti sudah bosan di rumah, sudah kelamaan, sudah 2 tahun..

Imelda: Iya, banyak banget, jastip juga ada. Senang sih saya lihatnya, bahwa ekonomi Indonesia sudah mulai bangkit ya, kasian juga soalnya, kayak jastip-jastip selama ini mereka kan ke mall juga terbatas.

Tri: That’s true.

Diana: Mungkin mereka kangen juga beli mainan, kan excitementnya itu, kita bisa coba dan lihat. Ketika online, tetap bisa sih melihat review video cuman nggak ada yang ngalahin ketemu langsung dan melihat langsung di store. Nah, dengan ketidakpastian pandemi dan dinamis keadaan itu mau tidak mau mempengaruhi sales dan strategi. Pernah tidak Ibu Imelda ada diposisi stress menghadapi itu? Kalau iya, bagaimana Ibu Imelda menghadapi situasi tersebut?

Imelda: Untungnya kan, saya punya partner, kalau ada apa-apa saya suka diskusi dengan partner. Mereka suka bawa solusi yang bagus dan discussion.

Diana: Ah I see, jadi bisa diskusi dan mengelaborasi problemnya ya. Itu penting banget sih. Partnernya rata-rata di Indonesia?

Imelda: Iya di Indonesia.

Diana: Ah, menarik..

Imelda: Semua di Indonesia, saya juga baru pindah tahun ini.

Diana: Berarti, ibu sekarang running bisnisnya dari Perth untuk market di Indonesia. Ada kepikiran untuk mencoba market di Australia bu?

Imelda: Market disini kecil banget compare to Indonesia, populasinya sedikit banget, jauh sekali. Mereka lebih banyak department store yang besar-besar yang monopoli.

Diana: Ah jadi yang kecil-kecil kurang punya ruang ya.

Imelda: Iya nggak punya kayaknya. Susah ya, kecuali masukkin ke department storenya, cuman mereka ya sudah ambil langsung juga. Populasinya sedikit banget, nggak seru deh haha..

Tri: Haha lebih quite bu ya, kalau di Indonesia agak crowded.

Imelda: Disini sepi haha..

Tri: Dan mungkin karakter orang-orang juga, lebih sepi, calm, lebih tenang, lebih yang nggak agresif untuk beli dan lebih yang nggak eksploratif dan ya kurang agresif.

Imelda: Warna-warna mereka dan tipe barang berbeda dengan orang Indonesia.

Tri: Indonesia lebih colorful?

Imelda: Iya lebih colorful, terus lebih FOMO ya, fear of missing out, kalau disini tidak ada produk baru, seperti McDonald BTS, disini nggak ada yang ngantri, orang bule juga nggak kenal BTS, siapa sih.

Diana: Wah, menarik sih..

Tri: Flat banget ya bu..

Imelda: Iya, flat banget. Saya kan pikir-pikir coba aja karena heboh di Indonesia sampai run out. Disini mah nggak ada yang ngantri sama sekali.

Tri: Nggak penasaran ya mereka, Bu.

Diana: Mereka nggak takut missing out, kalau di Indonesia trendnya cepet banget dan cepat pudar. Jadi harus, repeat perkembangannya, inovasinya juga harus repeat.

Tri: Strateginya juga harus ganti-ganti.

Imelda: Ikut di-copy orang juga, ada apa, buka semua ya.

Diana: Iya, jadi orisinalitas harus dipatenkan sejak awal kalau itu karya yang otentik, karena memang di Indonesia menjadi peluang bisnis bagi yang lainnya, jadi mengimitasi. Jadi sebenarnya challengenya banyak, peluangnya banyak juga ya di Indonesia.

Imelda: Seru sih seru, seru banget di situ. Kalau di sini, datar banget.

Diana: Haha, menarik-menarik dan banyak yang bisa dieksplor oleh Ibu Imelda dan partner dan team juga.

Tri: Ibu saya ada pertanyaan, mungkin pertanyaan terakhir sih. Ada pesan buat ibu-ibu di Indonesia atau bapak-bapak nanti juga yang banyak ngurus anak. Bagaimana cara bu atau bapak memilih dalam membeli mainan yang dapat mengedukasi anaknya melalui mainan?

Imelda: Soalnya, anak-anak seperti otaknya masih span atau kosong dan golden agesnya itu awal-awal waktu mereka masih kecil. Jadi, sebaiknya membeli mainan yang juga mengedukasi, sambil bermain sambil belajar. Karena, memang mereka belajar banyak sekali, kayak anak saya juga masuk semua masuk otak. Apa yang kita bilang, bisa diingat, mereka seperti spons semua diserap.

Tri: Benar, jadi waktunya orang tua yang seharusnya mengarahkan anaknya untuk menjadi seperti apa dan asupan seperti apa yang cocok untuk perkembangan anak. Karena, memang masih kosong pikiran anaknya. Kayak gelas kosong yang kita harus tuang isinya ke sana dan kita isinya mau seperti apa.

Imelda : Iya, right. Karena, iya emang golden ages ya, anak-anak umur segitu distimulasi mereka nanti jauh lebih mau menerima pelajaran lainnya. Kalau dari kecil sudah dibiasakan. Iya sambil main, kita ngomong aja, ini red color, yellow color. Dia menyerap lo, kayak anjing gufguf gitu. Nanti, beberapa cari kucing bunyinya apa, dia bisa jawab. Padahal, kita cuma sembarang ngomong gitu lo.

Diana: Cepat ya, cepat nangkepnya.

Imelda: Nangkepnya cepet banget, jadi lebih bagus distimulasi biar otaknya bekerja terus.

Diana: Iya-iya jadi pointnya itu ya. Right. Oh mungkin, saya ada satu pertanyaan, kalau tadi untuk orang tua, mungkin ini juga sama untuk orang tua atau anak muda yang mungkin ingin menjadi seperti Ibu Imelda, career woman atau business woman. Ada nggak kira-kira tiga atau beberapa top skills yang harus mereka punya untuk memulai itu?

Imelda : Yang number one harus ada kemauan ya, kalau ada kemauan apa saja bisa. Orang kan suka, aduh ini udah banyak. Nggak juga, tetep aja bisa gitu lo, emang apa-apa sudah banyak, mau apa sudah ada, mau jual apa sudah banyak, cuman kalau misalnya kita bisa membedakan dengan yang lain, lebih menarik advertisement ya, seperti konten video di Tiktok atau apalah orang tetap memilih kita. Jangan memikirkan semua barang itu sama. Jika barang yang sama kita advertise lebih berbeda membuat orang tertarik dengan produk kita iya kan. Terkadang bukan soal harga tapi kalau orang sudah percaya. Seperti, influencer banyak yang sukses, karena mereka sudah dipercaya. 

Jadi, mereka bilang apa, pasti langsung dibeli. Padahal, jika kita cari di Shopee atau Tokopedia harga tempat lain lebih murah cuman orang-orang di Indonesia sudah percaya, ya sudah nggak apa-apa harga beda sedikit. Pokoknya kalau ada kemauan berbisnis, itu yang langsung dijalankan. Jangan takut, even mau jadi reseller orang. Misalnya, kita nggak punya barang dan stock, mau coba-coba jadi reseller dulu, boleh, silahkan coba-coba dulu. Nggak usah pegang stock, kalau nggak laku ya nggak loss anything kan. 

Ikuti teknologi, teknologi sangat berguna dan tidak boleh ketinggalan zaman, ada kan ibu-ibu yang udahlah nggak ngerti, nanti tanya anak saya, suami saya. Jangan, kalau bisa ikutin, kalau ketinggalan sedikit, nanti lama-lama jadi malas dan lama-lama tambah ketinggalan. Sekarang kan banyak banget, Shopee pay-lah dan promo-promonya, ikutin aja semuanya dan yang ketiga di maximise Shopee atau Tokopedia, dan Instagram itu sangat berguna.

Tri: Itu sangat membantu Bu ya, kalau misalnya kami minta Ibu untuk promo disini, kira-kira produk best sellernya dari ibu yang produk apa?

Imelda: Best seller produk saya, piano dan baby walker.

Tri : Nice, untuk para pendengar Ibu mereknya apa. Jadi, mereka searchnya gampang.

Imelda: Bebe Smart, Instagramnya Bebe_Smart.

Tri: Alright..

Imelda: Follow ya..

Tri: Follow, siap haha, kita nanti langsung taruh di website kita, di podcast dan segala macam.

Imelda: Oh, Thank you..

Tri: Alright, Thank you very much atas waktunya atas perbincangannya yang super-super menarik. We love this conversation and also sudah menyempatkan waktu untuk datang kesini. We’re very happy.

Diana: Sangat happy punya rekomendasi beli hadiah untuk keponakan-keponakan..

Tri : That’s true.

Diana: Terima kasih, habis ini saya akan lihat produknya, terima kasih Bu.

Tri: Thank you bu.

Diana: Semoga harinya menyenangkan, bye.

Tri: ByeBye, sehat-sehat.

Imelda: Bye.

Copyright © 2021 Empire Code. All Rights Reserved.

Share this